How I Live My Life #1 : “Being Alone”

How I Live My Life #1 : “Being Alone”

tumblr_ndvtv6vM8R1rcf4rko1_500

Senja itu aku sedang berdiri termenung di balkon kamarku. Menatap apa yang ada di hadapanku dengan tatapan nelangsa, menyaksikan setiap tetes demi tetes air hujan yang turun dari langit. Membiakan tetesan tangisan awan itu membasahi telapak tangan kananku. Kala itu, langit terlihat suram, kurang lebih sama seperti suasana hatiku.

Earphone yang terpasang di kedua indra pendengaranku semakin membuat aku tenggelam dalam duniaku sendiri. Sesekali aku ikut menyanyikan lagu yang sedang diputar, sebuah lagu dari “Anna Clendening” yang berjudul “To My Parents”

I’m sorry mom and dad
I know I’ve messed up bad
I should’ve, should’ve done, should’ve done better
I’m sorry mom and dad
For all the time I had
To get my life, to get my life together
But I didn’t

Kurang lebih seperti itulah salah satu bait yang kunyanyikan. Selepas itu, aku bergegas mengambil buku diary milikku serta sebuah pena bertinta hitam. Beberapa menit kemudian, jemariku sudah asyik menari di sebuah buku bersampul hitam polos itu.

Dear Diary,

Entah kenapa, aku selalu merasa sendiri, kapan pun dan dimana pun. Bahkan di keramaian, aku selalu merasa sepi. Sebenarnya, aku lelah dengan kesendirian ini. Aku ingin hidup seperti layaknya orang lain seusiaku, bergaul bersama, bermain bersama, dan tertawa bersama. Memang wajar bila kau kira aku bodoh, dengan membenci kesendirian ini namun aku sendirilah yang memilih untuk sendiri. Sejujurnya, rasa takutku terlalu besar. Setiap aku mencoba untuk keluar dari rasa takutku ini, pikiranku seolah mengatakan bahwa kehadiranku hanya memperburuk keadaan. Aku takut menjalin hubungan dekat dengan orang lain karena kukira, aku hanya bisa menyakiti mereka. Di sisi lain, aku benar-benar takut akan kesendirian ini. Kesendirian yang selalu menghantuiku kemana aku pergi.

Hari berganti hari, orang-orang disekitarku bergantian pergi meninggalkanku, yang membuat rasa kesendirianku ini semakin kuat. Tak hanya itu, semua yang dulu kumiliki telah hilang. Semua itu karena diriku. Aku tak berhak menyalahkan orang lain yang pergi meninggalkanku, mereka semua tak bersalah. Akulah yang menyebabkan kepergian mereka. Aku memang tak seperti orang lain, yang pintar berinteraksi dan membuat hubungan berjalin dengan asyik. Maka, jika “mereka” memutuskan untuk pergi, pergilah. Aku tak bisa memaksa kalian untuk berada terus disampingku. Bila hadirnya aku dalam hidup kalian hanya menyakiti dan menyusahkan kalian, tolong pergilah. Aku hanya tak ingin kalian terluka hanya karenaku, aku yang tak berguna.

Entah sampai kapan aku harus berdiri di atas rasa sakitku. Hari-hari yang kini kujalani semakin buruk. Lantas, ku bertanya, dimana akhir kebahagiaanku? Apakah aku memang tak pantas menerimanya? Ataukah aku yang belum dapat memaknainya? Aku hanya lelah, lelah untuk bersabar dan bangkit untuk ke sekian kalinya. Lelah untuk berharap dan menerima kenyataan pahit ini. 

Hidupku berubah. Senyum dari bibirku ini sudah jarang terulas. Tawa lepasku sudah jarang terdengar. Aku rindu semuanya. Andai ku dapat memutar waktu, ketika semua terasa sempurna dan baik-baik saja. Dulu, tak pernah kucemaskan masa depanku. Tak pernah terpikirkan bahwa masa depanku akan seperti ini. Semua terjadi tanpa bayangan. Sulit rasanya untuk menerima keadaan, namun kuyakin, perlahan tapi pasti; aku bisa menerima kenyataan ini dan kuharap kelak, aku akan mengubahnya.

Kuletakkan buku dan penaku di meja sembari menghembuskan napas kasar. Senja itu berakhir dengan senyuman penuh arti yang terulas dari bibirku. Meski perasaan terdalamku mengatakan aku sedang bersedih, bukan berarti aku harus selalu menangis, bukan?

 

Leave a comment